Banyu Biru Dorong Pembentukan Sekolah Advokasi Teknologi untuk Hadapi Era AI

Anggota Komisi VII DPR RI Banyu Biru Djarot saat mengikuti Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025). Foto: Farhan/vel
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Banyu Biru Djarot mengusulkan pembentukan sekolah atau pusat advokasi teknologi guna meningkatkan literasi publik dan kesiapan tenaga kerja menghadapi gelombang kecerdasan artifisial (AI) di berbagai sektor industri. Usulan ini disampaikannya dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025).
“Kita perlu tempat belajar yang bukan hanya vokasi teknis, tapi juga advokasi. Sekolah advokasi teknologi bisa jadi jembatan agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga paham risiko, hak, dan kesempatan di era AI ini,” tegas Banyu.
Menurutnya, pendekatan advokasi dalam pendidikan vokasi menjadi penting agar generasi muda dan pekerja lintas sektor tidak tertinggal oleh revolusi teknologi. Ia pun menilai banyak program pelatihan yang hanya fokus pada keterampilan teknis tanpa membekali peserta dengan wawasan kritis tentang etika, tata kelola, dan dampak sosial teknologi digital.
Ia menegaskan perlunya integrasi pendidikan vokasi dengan isu-isu strategis seperti AI governance, disrupsi tenaga kerja, hingga hak digital. Sebab, dirinya melihat peluang besar jika sekolah-sekolah vokasi dan politeknik diberdayakan menjadi pusat pendidikan dan advokasi teknologi yang berbasis pada kebutuhan lokal.
“Kalau ini kita mulai sekarang misalnya di daerah-daerah pengembangan industri atau energi maka kita bisa ciptakan ekosistem digital yang adil, merata, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu mengajak pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pendidikan, Kementerian Komdigi, dan sektor swasta, untuk bersama-sama menyusun peta jalan sekolah advokasi teknologi sebagai upaya menghadapi fenomena global yang disebutnya sebagai kekuatan yang tak terhentikan (unstoppable force).
“Ini bukan sekadar pelatihan, ini gerakan nasional membangun kesadaran digital. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kita akan jadi penonton di negeri sendiri,” pungkas Banyu. (um/aha)